Simple Thing Called Love

“Enam bulan sudah berlalu sejak Dee-Dee dan Dido meresmikan hubungan mereka. Selama itu pula, Kano berlaku gentle dengan memegang janjinya pada Dee-Dee. Janji kalau tidak akan ada yang berubah di antara mereka berdua. Sampai sekarang, Dee-Dee dan Kano masih berteman baik. Sebaik sebelumnya.
“Kano, laper…” keluh Dee-Dee saat bel pulang sekolah baru saja selesai menjerit. “Cari makan dulu yuk sebelum pulang,” ajaknya kemudian.

“Boleh. Gue juga laper. Tapi, gue masukin kamus ke loker dulu, ya,” jawab Kano.

“Tunggu! Gue juga mau masukin kamus gue,” balas Dee-Dee sambil buru-buru membereskan bukunya dan menyusul Kano ke koridor, tempat loker mereka berada.

“Sumpah! Ini laper rasanya udah pangkat lima,” celetuk Dee-Dee sesaat setelah memasukkan kamus dan mengunci lokernya.

“Punya gue malah udah masuk masa kritis!” balas Kano diiringi tawa.

Tepat pada saat itu, seorang cewek bertubuh proporsional dengan kulit seputih susu dan rambut panjang yang terurai indah bergerak menutup dan mengunci lokernya yang terletak tepat di sebelah loker milik Kano. Tak bisa dihindari, tatap mereka lalu bertemu.”